Thursday, April 19, 2007

KURSI BAPAK YANG KOSONG



Seorang anak perempuan meminta pendeta dari gereja setempat untuk
datang berdoa dengan bapaknya. Ketika pendeta tiba di rumah mereka, dia
dapati si bapak sedang terbaring di tempat tidurnya diatas dua bantal yang
tersusun. Sebuah kursi yang kosong terletak di samping ranjangnya. Si
pendeta tadi berpikir tentu orang itu sudah diberitahukan akan
kunjungannya kerumah itu.
"Saya pikir tentu anda sedang menunggu kedatangan saya, " kata
pendeta.
Orang itu berkata. 'Tidak, tapi siapakah anda?' tanya bapak itu.
Pendeta tadi memberitahukan namanya kemudian melanjutkan, "Saya
melihat kursi yang kosong, jadi saya sangka anda sudah tahu bawa saya akan
datang berkunjung."
"Oh, ya, mengenai kursi itu,"kata si bapak yang kelihatan sakit
payah tak dapat berdiri dari ranjangnya itu. "Bolehkah anda tolong menutup
pintu itu?"

Merasa sedikit keheranan, si pendeta menutup pintu kamar. "Saya
tidak pernah menceritakan hal ini kepada siapa pun, kepada anak
perempuanku pun tak pernah," kata si bapak. "Tetapi sepanjang umur hidup
saya, saya tidak pernah tahu bagaimana caranya berdoa. Di gereja saya
selalu mendengar pendeta berkhotbah tentang berdoa, tapi itu hanya lalu
saja melampaui kepala saya. Saya berhenti berusaha berdoa sama sekali,"
orang tua itu melanjutkan, "sehingga pada suatu hari kira-kira empat tahun
yang lalu, seorang sahabat baikku berkata kepadaku, "Johnny, doa itu
adalah suatu hal yang sederhana yaitu anda mengadakan percakapan dengan
Yesus. Inilah anjuran saya. Duduklah di satu kursi, kemudian di depan
anda letakkan satu kursi yang kosong, kemudian dalam iman anda
membayangkan Yesus sedang duduk di kursi itu. Ini bukan satu pikiran yang
aneh, karena Dia berjanji, 'Aku akan beserta dengan kamu selamanya.'
"Kemudian anda bercakap dengan Dia seperti caranya anda berbicara dengan
saya sekarang. Jadi saya mencobanya dan saya sangat menyukainya sehingga
saya melakukan hal ini selama dua jam setiap hari. Saya sangat
berhati-hati dalam soal ini. Kalau anak perempuan saya melihat saya
berbicara kepada kursi yang kosong, pasti dia akan jadi senewen atau
gegawang dan akan mengirim saya ke rumah sakit jiwa."

Si pendeta sangat terharu mendengar cerita itu dan menganjurkan
supaya meneruskan pengalaman ini. Kemudian dia berdoa dengan si bapak dan
setelah itu mengurapinya dengan minyak dan kembali ke gerejanya. Dua malam
kemudian anak perempuan itu menelpon pendeta tadi dan menyampaikan bahwa
bapaknya sudah meninggal pada sore hari itu.

"Apakah dia m eninggal dengan tenang?" pendeta bertanya.
"Ya, pada waktu saya akan meninggalkan pada jam dua sore, dia
memanggil saya ke samping tempat tidurnya, mengatakan bahwa dia mencintai
saya dan kemudian mencium pipi saya. Waktu saya kembali dari toko sejam
kemudian, saya dapati bahwa dia sudah meninggal. Tapi ada sesuatu yang
aneh dalam kematiannya. Kelihatannya, sebelum bapak meninggal, dia telah
mengangkat kepalanya lalu membaringkan diri diatas kursi di samping
ranjangnya. Menurut anda apa yang telah terjadi?"
Si pendeta menyeka linangan air matanya dan berkata, "Betapa aku
harapkan kalau kita semua bisa meninggal dengan cara demikian."

No comments: